ABAD MAITREYA ADALAH ABAD NURANI SADAR CEMERLANG
Merupakan abad dimana setiap manusia hidup dalam kebenaran dan kebajikan, kasih dan keadilan. Merupakan abad di mana semua manusia hidup bersyukur, menghargai berkah dan bersukacita! Merupakan abad di mana kehidupan setiap manusia jauh dari dosa, kejahatan, kekacauan, kegelapan, kekotoran, penderitaan dan bencana. Merupakan abad di mana setiap manusia berwajah, berjiwa dan berprilaku kasih! Merupakan abad kebahagiaan semesta bagi semua makhluk.
Catatan Tambahan :
Dalam Kitab Suci Tripitaka yakni Sutra Pertanyaan tentang nazar Bodhisatva Maitreya (Dialog Sang Buddha dengan Ananda) terdapat percakapan sebagai berikut :
“Bodhisatva Maitreya telah membina diri dengan metode yang praktis, mudah dan membahagiakan, Beliau berjuang siang dan malam dalam tiga waktu dengan sepenuh hati mendisiplinkan badan dengan jubah yang rapi, berlutut berbhakti puja menghadap ke sepuluh alam sembari berikrar: Aku bertobat atas semua kesalahanku dan akan berjuang membimbing umat manusia ke dalam kebenaran Dharma. Dengan segala ketulusan aku bersembah sujud kehadapanmu para Buddha. Dengan ini kan kucapai kesempurnaan Kebuddhaan.”
Kutipan di atas telah memberikan penjelasan kepada kita tentang perjuangan Sang Bodhisatva Maitreya untuk mencapai kebuddhaan. Inti dari perjuangan Sang Bodhisatva Maitreya untuk mencapai kebuddhaan adalah:
1. Penyesalan dan bertobat
2. Menghormati dan memuliakan semua makhluk
3. Mengasihi semua makhluk
Inilah semangat perjuangan seorang Bodhisatva yang agung. Mengapa Beliau harus bertobat? Bahkan dikatakan senantiasa bertobat? Apakah karena Beliau penuh dengan dosa dan kesalahan? Tidak! Justru penyesalan dan pertobatan itu lahir dari dasar jiwanya yang penuh dengan panggilan kasih dan tanggung jawab. Demikianlah seorang Bodhisatva, karena kasihnya maka Beliau senantiasa merasa bersalah dan berdosa.
Lain halnya dengan seorang awam yang sekalipun penuh dengan kejahatan namun tetap merasa suci dan mulia. Hal ini disebabkan seorang awam hanya melihat orang lain dan tidak pernah berusaha mengenali diri sendiri sehingga sekalipun jiwanya dipenuhi oleh kebencian dan kebodohan, ia tetap merasa diri suci dan bijaksana.
Sedangkan seorang Bodhisatva, sekalipun jiwannya suci penuh kasih dan bijaksana, Beliau tetap merasa bersalah pada umat manusia. Sikap ini membuktikan kasih Bodhisatva Maitreya yang tak ada batasnya! Inilah sikap utama yang harus diimani oleh semua orang yang percaya pada Maitreya.
Ajaran Maitreya mengajarkan bersamadhi dengan melaksanakan puja pertobatan sehari tiga kali (sama seperti yang dilaksanakan oleh Maitreya). Mengapa Samadhi dengan cara puja pertobatan? Sebab dalam jiwa yang sadar bertobat takkan lagi ada kebencian dan kedendaman. Orang yang senantiasa merasa diri bersalah takkan ada lagi keakuan dan sikap pementingan diri sendiri. Dalam pandanganya semua manusia adalah bajik hanya dirinya yang jahat. Ia akan senantiasa berdisiplin diri, tahan derita, rendah hati, siap berkorban, memaafkan orang yang bersalah padanya. Inilah pola perjuangan yang telah diterapkan oleh Bodhisatva Maitreya sehingga dengan melaksanakan Samadhi pertobatan, Beliau telah berhasil memenangkan keakuan diri. Segala kemelekatan dan noda batin telah dilenyapkannya. Pola perjuangan Bodhisatva Maitreya inilah yang menjadi teladan utama bagi kita sekarang ini.
Dalam bait kedua ikrar Bodhisatva Maitreya kita menemukan sikap pemulian semua makhluk yang tiada tandingan. Sikap ini lahir dan jiwanya bebas tiada keakuan, tiada keangkuhan, bebas tidak beroposisi pada siapapun bahkan menghormati semua makhluk. Inilah prinsip kedua perjuangan membina diri.
Melalui bakti puja kita memuliakan dan menghormati semua Buddha, Bodhisatva da makhluk suci. Melalui bakti puja kita merendahkan dan melupakan diri sendiri. Sebab orang yang dapat melupakan diri sendiri baru dapat memuliakan semua makhluk. Dan orang dapat memuliakan semua makhluk pasti dapat berkorban dan mengasihi semua bentuk kehidupan. Orang yang dapat melupakan diri sendiri dan memuliakan semua makhluk takkan lagi ada rasa takut dan sedih, gelisah dan duka derita, persaingan dan perselisihan dalam hidupnya. Hatinya senantiasa dipenuhi oleh rasa hormat, tulus dan ikhlas.
Prinsip ketiga dalam perjuangan membina diri adalah semangat kasih pada semua makhluk. Semangat cinta kasih universal inilah yang menjadi kebajikan khas Sang Bodhisatva Maitreya. Semangat cinta kasihnya yang besar membuat beliau sejak berkalpa-kalpa lampau yang tak terhitung telah menjalani hidup bervegetarian itulah sebabnya Beliau dihormati dengan nama Maitreya.
Maitreya berarti Sang Pengasih. Dalam kasihnya yang tiada batas Beliau telah menyatakan sumpahnya yang terkenal yaitu sumpah untuk lahir di akhir zaman. Lahir untuk menderita demi umat manusia. Lahir demi kebahagiaan dan kesuka-citaan semesta bagi semua makhluk.
Dialah Buddha penerus, Buddha yang datang ke dunia yang penuh dengan kejahatan, kelicikan, kebohongan dan kedunguan. Dan Sang Buddhalah orang pertama yang membicarakan kedatangan-Nya. Dan adalah Sang Buddha pula yang telah menganjurkan bakti puja pada Buddha Maitreya. Inilah sebab musabab lahirnya tradisi bakti puja pada Buddha Maitreya sepanjang masa.
Kita dengan hati tulus penuh keimanan berbakti puja pada Buddha Maitreya sehari tiga kali. Bertobat, memuja dan memuliakan semua Buddha-Bodhisatva yang tiga kali sehari. Semuanya dilakukan sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Buddha Maitreya sendiri.
Semua hati menjadi sejuk dan ceria melihat tawa-ria-Nya. Jiwa yang penuh beban menjadi bebas dan ringan, hati yang penuh kebencian menjadi tenang dan simpati ketika menatap wajah tawa-ria yang lugu itu. Semua orang merasa dekat dan intim pada penampilannya yang amat membumi dan bersifat keseharian. Inilah nilai plus pada perwujudannya sebagaimana Buddha pembawa kebahagian Universal.
Beliau tidak ingin menunuukkan dirinya sebagai sekuntum bunga teratai yang suci yang menjaga jarak dengan tanah Lumpur yang kotor dimana dia tumbuh melainkan Beliau memilih menjadi umbi teratai yang terbenam di dalam Lumpur. Sebagai umbi teratai, Beliau tampak begitu biasa. Hal ini menunjukkan betapa Beliau adalah seorang Buddha yang begitu membumi. Beliau hadir dengan dua aspek seperti sebatang pohon yang tumbuh tinggi menjulang namun akarnya tidak lupa makin membenam ke dalam bumi. Beliau adalah seorang Buddha yang menonjolkan aspek kemanusiaannya. Hal inilah yang membuat manusia merasa dekat dengan-Nya.
Kita semua yakin, Buddha Maitreya tidak pernah berhenti mengemanasi dirinya ke dunia saha loka ini hingga kedatangan-Nya yang terakhir untuk membangun dunia yang damai sentosa dengan umat manusianya yang hidup dalam kesadaran nuraniah. Buddha Maitreya datang bukan hanya untuk satu kaum tertentu namun untuk semua umat manusia. Kapan dan dimanapun juga Beliau baik secara langsung atau tidak akan menunjukkan kasih-Nya kepada dunia. Dimana ada kemukjizatan di sanalah Beliau telah menunjukkan kekuatan Dharma Gaibnya. Dimana ada bencana dan musibah, disitulah Beliau akan memancarkan kasih perlindungan-Nya.
Kita semua yakin, Roh Suci Beliau senantiasa bekerja secara amat tulus di dunia ini. Secara perlahan-lahan Beliau membimbing arus dunia menuju kesadaran. Kita semua yakin adalah kuasa suci Buddha Maitreya yang telah bekerja dalam hati manusia sehingga banyak warga dunia mulai memberikan kepedulian yang begitu besar pada lingkungan hidup seperti gerakan perdamaian global, humanisme dan sebagainya yang makin lama akan semakin bertambah. Demikianlah kuasa suci-Nya akan terus bekerja dalam hati umat manusia tanpa perbedaan ras, suku dan bangsa.
Dalam Sutra Bodhisatva Maitreya mencapai Surga Tusita, Sang Buddha Sakyamuni bersabda: “Bila ada bhiksu-bhiksuni, upasaka-upasika, deva, naga bahkan kelompok rahulata begitu mendengar nama agung Bodhisatva Maitreya terus bersikap anjali dan memberi hormat yang tulus, maka terbebaslah orang atau makhluk ini dari dosa karma samsara 500 kalpa. Dan kepada mereka yang dapat melaksanakan bakti-puja menghormati Buddha Maitreya maka orang itu akan segera terbebas dari ikatan dosa karma samsara puluhan milyar kalpa, sekalipun tidak berhasil mencapai Surga Tusita, namun pasti dapat berjumpa dengan Buddha Maitreya pada masa yang akan datang, mendengar Maha Dharma tak terhingga dan mencapai Kesempurnaan.”
dari www.maitreya.co.id